Salah satu tahapan memperindah sebuah bangunan baik rumah maupun gedung adalah plesteran. Istilah plesteran mungkin sudah sering kamu dengar, bahkan mungkin kamu sudah paham betul tentang fungsi dan cara pengerjaannya. Plesteran sangat identik dengan dinding atau tembok, lantai, saluran air, dan talut.
Plesteran dapat diartikan sebagai pelapis baik itu lantai atau dinding tembok dengan adonan semen, air dan pasir. Berikut ini kami paparkan mengenai jenis-jenis plesteran dan metode melakukan pekerjaan plesteran dinding agar menghasilkan plesteran yang indah, rapi, dan rata.
Plesteran adalah tahapan dalam pekerjaan konstruksi batu dan beton dengan menempatkan atau merekatkan bahan adukan berupa campuran semen, pasir dan air terhadap suatu bidang kasar yang bertujuan membuat permukaan suatu bidang menjadi halus dan rata sehingga memberikan kesan rapi dan indah untuk dilihat.
Dalam pengertian lain, plesteran adalah lapisan penutup permukaan dinding dari pasangan bata merah, bata ringan (hebel) atau batako sebelum acian dilakukan.
Pekerjaan plesteran merupakan tahap akhir dari sebuah pekerjaan proyek konstruksi dengan menutup pasangan batu bata, batako, atau pun bata ringan dan beton dengan adukan plester sehingga akan diperoleh :
Perbandingan komposisi campuran untuk sebuah plesteran tergantung pada ketebalan yang diinginkan ketika ditempelkan ke tembok atau lantai. Berikut ini perbandingan campuran plesteran dinding ataupun lantai yang bisa digunakan oleh tukang:
Demikianlah ulasan mengenai plesteran dinding, jenis-jenisnya dan metode pengerjaannya. Semoga bermanfaat.
Via Pixabay.com |
Definisi Plesteran
Plesteran adalah tahapan dalam pekerjaan konstruksi batu dan beton dengan menempatkan atau merekatkan bahan adukan berupa campuran semen, pasir dan air terhadap suatu bidang kasar yang bertujuan membuat permukaan suatu bidang menjadi halus dan rata sehingga memberikan kesan rapi dan indah untuk dilihat.
Dalam pengertian lain, plesteran adalah lapisan penutup permukaan dinding dari pasangan bata merah, bata ringan (hebel) atau batako sebelum acian dilakukan.
Pekerjaan plesteran merupakan tahap akhir dari sebuah pekerjaan proyek konstruksi dengan menutup pasangan batu bata, batako, atau pun bata ringan dan beton dengan adukan plester sehingga akan diperoleh :
- Bidang muka tembok yang rata dan halus
- Bidang muka tembok yang lurus dan vertikal (tegak)
- Bidang muka tembok yang sewarrna (tidak kelihatan kelainan warna dari bata, dan adukan
- Tambahan kekuatan tembok
Fungsi dan Tujuan Plesteran
Plesteran ini berfungsi sebagai perata permukaan, memperindah dan memperkedap dinding. Berikut ini fungsi plesteran yang lainnya:
- Pekerjaan plesteran dinding dilakukan untuk mendapatkan kekuatan tambahan pada struktur dinding;
- Plesteran dilakukan untuk memperlihatkan kerapihan dan keindahan pada suatu permukaan dinding.
- Plesteran secara konstruktif ditujukan untuk melindungi bidang dari cuaca seperti hujan, panas dan lainnya.
Sedangkan tujuan pekerjaan plesteran dinding diantaranya adalah :
- Membuat permukaan sebuah dinding lebih rapi, lebih bersih dan juga keindahan eksterior suatu bangunan
- Melindungi permukaan dari pengaruh cuaca dan iklim
- Menutupi kerusakan-kerusakan dinding atau bidang yang ditutupi
- Menutupi kualitas bahan yang kurang baik pada pasangan bata
- Mempermudah proses pengecatan pada dinding
- Untuk memudahkan proses pembersihan pada dinding dari debu yang langsung menempel pada pasangan batu bata tanpa plesteran.
Jenis-jenis Plesteran
Secara umum jenis plesteran dibagi menjadi 3, yaitu:
- Plesteran kasar, yaitu plesteran yang dibuat bertekstur kasar untuk jenis pekerjaan pondasi.
- Plesteran setengah halus, yaitu jenis plesteran yang biasanya digunakan untuk pekerjaan kamar mandi, lantai dan lapangan olahraga.
- Plesteran halus, yaitu plesteran yang dibuat bertekstur halus sebagai plesteran dinding atau lantai.
Berdasarkan bahan yang digunakan, plesteran dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Plester semen atau mortar Semen
Bahan yang digunakan dalam plesteran ini adalah adukan antara pasir dengan semen sehingga sering disebut dengan plesteran semen (mortar semen). Perbandingan campuran pasir dengan semen pada jenis ini yang sering dipakai adalah :
- 1 semen : 3 pasir
- 1 semen : 4 pasir
- 1 semen : 5 pasir
Terlebih dahulu campuran adukan dibuat dengan mencampur pasir dan semen sesuai komposisi, dicampur secara merata. Kemudian, diaduk dengan air sesuai dengan kekenyalan yang dibutuhkan. Volume air yang dicampurkan ke dalam adonan tidak boleh terlalu banyak karena dapat menyebabkan adonan plesteran menjadi cair sehingga sulit ditempelkan ke dinding. Sebaliknya, jika volume air yang dicampurkan terlalu sedikit, plesteran akan terlihat kering dan sangat sukar untuk menempel ke dinding.
Waktu maksimum pemakaian dari plesteran jenis ini yang baik adalah maksimal 30 menit setelah pengadukan campuran.
2. Plester kapur
Plesteran kapur (mortar kapur) merupakan pelsteran yang terbuat dari bahan kapur sebagai campuran dalam pembuatan adukannya. Perbandingan komposisinya adalah 1 kapur : 1 pasir.
Jenis plesteran yang satu ini sangat jarang digunakan. Plesteran kapur umumnya dapat ditemukan di daerah tertentu yang banyak terdapat bahan kapur. Sebagai bahan adukan mortar untuk plesteran, penggunaan kapur harus mengikuti syarat teknis seperti berikut ini:
Jenis plesteran yang satu ini sangat jarang digunakan. Plesteran kapur umumnya dapat ditemukan di daerah tertentu yang banyak terdapat bahan kapur. Sebagai bahan adukan mortar untuk plesteran, penggunaan kapur harus mengikuti syarat teknis seperti berikut ini:
- Ukuran butiran kapur haruslah seragam.
- Secara fisik kapur yang digunakan sebagai plesteran harus bersih dari unsur/kandungan lainnya, tidak berbutir tajam dan tidak tercampur oleh zat kimiawi lainnya.
- Pilih kapur yang berkualitas baik, yaitu kapur yang yang berlemak dan tidak banyak mengandung serpihan. Kapur yang kurang berlemak dan banyak mengandung serpihan bisa menyebabkan permukaan plesteran cepat rusak, kusam dan juga dapat menimbulkan retakan-retakan.
3. Plester tanah liat
Plesteran dengan bahan tanah liat sering digunakan untuk rumah-rumah tradisional zaman dulu, bahkan di daerah tertentu masih ada yang menggunakannya hingga saat ini. Pembuatan plesteran tanah liat tidak jauh beda dengan bagaimana mengolah tanah liat menjadi batu bata. Dalam proses pembuatan plesteran ini, tanah liat dicampur dengan jerami yang sudah dihaluskan. Di daerah tertentu, plesteran tanah liat juga dicampur dengan kotoran sapi. Proses pengerjaan pencampuran dilakuan dengan mengadukan secara basah antara tanah liat dengan jerami halus atau kotoran sapi. Kemudian, selama tujuh hari adukan dibiarkan secara terbuka dan disiram secara berkala. Jika jadwal pelaksanaan pemlesteran telah tiba, plesteran adukan diambil dan kemudian dicampur dengan air sesuai dengan kekenyalan, kelekatan dan keliatan yang diinginkan.
Sedangkan berdasarkan fungsi dari plesteran, pleseteran dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1. Plesteran kedap air
Plesteran kedap air digunakan untuk lokasi pekerjaan konstruksinya yang berhubungan langsung dengan air, misalnya dinding kamar mandi, tempat cuci piring, plesteran dinding dan lantai kolam, dan saluran air. Perbandingan campuran pondasi kedap air adalah 1 semen : 3 pasir.
2. Plesteran non kedap air
Plesteran non kedap air digunakan untuk lokasi pekerjaan konstruksi yang tidak berhubungan langsung dengan air, misalnya plesteran dinding dalam rumah dan lantai rumah.
Komposisi Campuran Plesteran
Perbandingan komposisi campuran untuk sebuah plesteran tergantung pada ketebalan yang diinginkan ketika ditempelkan ke tembok atau lantai. Berikut ini perbandingan campuran plesteran dinding ataupun lantai yang bisa digunakan oleh tukang:
1. Plesteran 1 semen : 4 pasir, tebal 15 mm
Ketebalan plesteran yang umum digunakan untuk rumah tinggal adalah 15 mm. Sesuai dengan peraturan SNI 2837- 2008, perbandingan campuran plesteran adalah 1 semen : 4 pasir seluas 1 m² membutuhkan semen 6,24 kg dan pasir 0,024 m³.
Contoh perhitungan:
Jika diketahui dinding dengan panjang 10 m dan tinggi 5 m
Maka,
Luas dinding : 10 x 5 = 50 m²
Satu sak semen : 50 kg
Volume semen : 6,24 x 50 = 312 kg = 312/50 = 6,24 semen ≈ 7 sak semen
Volume pasir : 0.024 x 50 = 1,2 m³
2. Plesteran 1 semen : 5 pasir, tebal 15 mm
Plesteran dengan perbandingan 1 semen : 5 pasir dalam 1 m² membutuhkan semen 5,18 kg dan pasir 0,026 m³ sesuai dengan SNI 2837-2008.
Contoh perhitungan:
Jika diketahui dinding dengan panjang 10 m dan tinggi 5 m
Maka,
Luas dinding : 10 x 5 = 50 m²
Satu sak semen : 50 kg
Volume semen : 5,18 x 50 = 259 kg = 259/50 = 5,18 ≈ 6 sak semen
Volume passir : 0.026 x 50 = 1,3 m³
3. Plesteran 1 semen : 6 pasir, tebal 15 mm
Menurut SNI 2837-2008, untuk mengerjakan plesteran seluas 1 m², dibutuhkan semen sebanyak 4,42 kg dan pasir 0,027 m³.
Contoh perhitungan:
Jika diketahui dinding dengan panjang 10 m dan tinggi 5 m
Maka,
Luas dinding : 10 x 5 = 50 m²
Satu sak semen : 50 kg
Volume semen : 4,42 x 50 = 221 kg = 221/50 = 4,42 ≈ 5 sak semen
Volume pasir : 0,027 x 50 = 1,35 m³
Langkah-langkah Pekerjaan Plester
Pekerjaan plesteran merupakan pekerjaan yang relatif mudah, namun memerlukan keahlian dan jam terbang yang cukup tinggi bagi seorang tukang agar mampu menghasilkan pekerjaan plesteran yang baik, rata dan rapi. Pada pekerjaan plesteran tembok atau dinding pada suatu bangunan perumahan biasanya harus memenuhi beberapa syarat, diantaranya adalah:
- Permukaan plesteran harus horizontal dan vertikal.
- Ukuran ketebalan plesteran untuk dinding bangunan perumahan adalah 11 mm sampai 16 mm.
- Tidak mengalami retakan-retakan pada plesteran.
Dalam pengerjaannya pelaksanaan pekerjaan plesteran dapat dibagi menjadi 3 lapis, yaitu :
1. Lapis pertama
Lapisan yang pertama ini dilakukan dengan ukuran tebal 3 mm, dari campuran semen dan pasir yang encer. Lapis pertama ini berfungsi untuk menyeragamkan permukaan dinding, pelekatan badan plesteran dan mengurangi penyusutan.
2. Lapis kedua
Lapisan kedua ini juga biasa disebut dengan badan plesteran yang memiliki ketebalan 6-10 mm. Lapisan kedua ini berfungsi untuk mengatur kerataan permukaan dinding
3. Lapis ketiga
Lapisan yang terakhir ini terbuat dari pasta semen dengan ukuran ketebalab 2 mm. Adonan untuk lapis ketiga ini dapat juga ditambah dengan pasir halus. Lapisan ini berfungsi sebagai penghalus permukaan dan pelindung dinding atau tembok dari pengaruh cuaca.
Pekerjaan plesteran dari lapis pertama hingga lapis ketiga di atas memiliki tenggang waktu. Tenggang waktu antar lapisan harus diberikan sampai lapisan sebelumnya cukup keras dan stabil,terutama untuk lapisan badan (lapis kedua).
Berikut ini adalah cara atau metode pelaksanaan pekerjaan plesteran dinding yang baik:
1. Metode pertama
- Memasang dinding batu bata, bata ringan, atau batako agar kedudukan plesteran itu ada. Diamkan minimal selama 1 hari
- Menyiram permukaan dinding dengan air sampai basah atau rata-rata dalam kondisi jenuh air
- Membuat adukan plesteran sesuai dengan perbandingan material yang direncanakan
- Menentukan tebal plesteran dengan menancapkan paku maksimal panjang 2 inch (5 cm) pada permukaan dinding tersebut.
- Kaitkan benang pada paku ke paku untuk menentukan horizontal dan vertikalnya bidang yang akan diplester dengan melihat permukaan.
- Memulai plesteran dengan alur paku yang terikat benang tersebut. Diamkan selama 1 hari
- Menentukan letak instalasi mekanikal elektrikal (ME) yang dibenamkan ke dalam plesteran. Sebelum memulai memplaster, pastikan instalasi sudah terpasang semua agar tidak terjadi pekerjaan bongkar pasang di kemudian hari.
- Menggunakan sendok spesi dan ruskam saat pemlesteran dinding dan lantai.
- Langkah terakhir, cek kerataanya secara vertikal dan horizontal dengan menggunakan alat jidar. Lakukan perawatan dengan menyiramkan air selama kurang lebih 7 hari agar dinding tidak mengalami retak-retak dan kusam.
2. Metode kedua
- Menyiapkan bahan dan peralatan seperti sendok spesi, ruskam, alat jidar, semen, pasir, air, dan lainnya.
- Merencanakan dan menentukan komposisi campuran untuk setiap lapisan berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan
- Membasahi permukaan dinding secara merata
- Melemparkan plesteran dengan menggunakan sendok spesi kebidang yang akan diplester
- Ratakan permukaan dengan ruskam
- Jika terdapat lubang-lubang, lakukan pengisian kembali dengan adukan. Padatkan tanpa melempar dan ratakan dengan ruskam lagi
- Melakukan finishing terakhir dengan meratakan permukaan plesteran secara skala besar. Gunakan jidar dalam proses ini.
3. Metode ketiga
- Pertama, lakukan penyiraman atau curing pada permukaan dinding bata atau bidang yang akan diplester untuk menghindari kemungkinan keretakan.
- Membuat adukan untuk plesteran.
- Membuat kepala plesteran (kelabangan) dengan ketebalan sekitar 1 m dan lebar 5 cm menggunakan unting-unting (bandul) yang nantinya dapat mempermudah penjidaran atau pemerataan plester
- Biarkan selama 1 hari.
- Melekatkan adukan plesteran pada permukaan dinding kemudian ratakan dengan ruskam, kemudian ratakan dengan rol perata.
- Meratakan plesteran dengan acuan kepala yang telah dibuat.
Demikianlah ulasan mengenai plesteran dinding, jenis-jenisnya dan metode pengerjaannya. Semoga bermanfaat.
Informasinya sangat bermanfaat
BalasHapus