Meningkatnya jumlah masyarakat yang melakukan urbanisasi ke kota-kota besar, menybabkan angka pembangunan fisik di perkotaan ikut meningkat. Biasanya, pendirian bangunan seperti mall, gedung perkantoran, rumah sakit, dan lain sebagainya berada di kawasan padat penduduk. Jika sistem instalasi pengolahan air limbah (IPAL) hasil dari aktivitas di gedung-gedung tersebut tidak memenuhi syarat, maka akan timbul berbagai masalah kesehatan dan lingkungan yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas hidup masyarakat.
Untuk itu, berikut ini akan dijelaskan mengenai gambaran instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang mungkin saja dapat menambah wawasanmu sehingga akan tercipta ekosistem yang bebas polutan berbahaya.
Gambaran Umum Proses IPAL
Kegiatan di kawasan perkotaan banyak menghasilkan berbagai macam limbah yang berupa benda cair, padat dan gas. Pengelolaan dan pengolahan limbah adalah salah satu dari kegiatan penyehatan lingkungan yang memiliki tujuan untuk melindungi manusia dari bahaya pencemaran lingkungan yang dapat merusak berbagai ekosistem di air, tanah, serta udara.
Pengolahan air limbah di kawasan perkotaan biasanya dilakukan dengan menggunakan metode biologi. Metode ini dinilai lebih efektif dibandingkan dengan metode kimia dan fisika. Adapun gambaran umum proses instalasi pengolahan air limbah (IPAL) adalah sebagai berikut:
1. Pengolahan Primer
Pengolahan primer merupakan tahapan penglolahan limbah yang bertujuan untuk menyisihkan bahan-bahan atau benda-benda yang dapat mengganggu proses atau unit-unit pengolahan.
Pengolahan pendahuluan sangat penting untuk diperhatikan karena pada proses ini akan dilangsungkan penyaringan kasar dan juga pengendapan untuk memisahkan bahan inert seperti butiran pasir atau tanah sehingga proses pengolahan limbah pada tahapan selanjutnya dapat berlangsung secara lancar dan berhasil.
Penggunaan saringan kasar ini bertujuan untuk melewatkan benda berukuran relatif besar. Hal ini penting dilakukan disebabkan butiran pasir atau tanah merupakan bahan non-biodegradable yang dapat terakumulasi dan mengendap di dasar instalasi pengolahan air limbah (IPAL) sehingga dapat menganggu proses pengolahan limbah selanjutnya.
Selain dilakukan penyaringan, pemisahan butiran pasir (tanah) ini dapat dilakukan juga dengan menggunakan bak pengendapan primer di mana waktu yang dibutuhkan sekitar 2 jam.
Pada tahapan pengolahan primer ini benda-benda akan terendapkan oleh gaya gravitasi sehingga kandungan limbah kasar ini dapat berkurang.
Sayangnya sebagian polutan cair (tersuspensi atau terlarut) tidak terpengaruh pada tahapan pengolahan primer ini. Untuk itu, agar dapat hilang atau berkurang dibutuhkan pengolahan sekunder dengan proses biologis (aerobik maupun anaerobik).
2. Pengolahan Sekunder
Sebagaimana telah di-mention di depan, pengolahan sekunder pada prinsipnya memiliki tujuan untuk mengurangi atau menghilangkan zat organik terlarut (suspended solid) di dalam limbah cair dengan menggunakan bantuan mikroorganisme.
Pengolahan sekunder (secara biologis) adalah pemanfaatan aktivitas mikroorganisme sebagai katalis untuk menguraikan material yang terkandung di dalam air limbah, misalnya bakteri dan protozoa.
Mikroba tersebut bekerja mengolah limbah cair dengan cara mengkonsumsi polutan organik biodegradable yang berada di air buangan dan mengkonversikannya menjadi karbondioksida (CO2), air (H2O), dan energi untuk pertumbuhan dan reproduksinya.
Oleh karenanya, sistem pengolahan air limbah dengan bantuan mikroorganisme harus dikondisikan sebaik mungkin sehingga mikroorganisme tersebut dapat tumbuh dengan baik dan kemudian secara alami akan mampu menstabilkan polutan organik biodegradable dengan baik pula.
Agar mikroorganisme tersebut tetap aktif dan produktif maka harus dipasok dengan oksigen yang cukup, tersedianya waktu yang cukup untuk kontak dengan polutan organiknya, temperaturnya sesuai, dan komposisi mediumnya seimbang.
Adapun perbandingan BOD5 : N : P yang sesuai adalah 100 : 5 : I di mana perbandingan ini dianggap yang paling baik dan optimum untuk proses pengolahan limbah cair secara aerobik.
Pengolahan sekunder ini dapat dilakukan dengan menggunakan sistem lumpur aktif (activated sludge), trickling filter, reaktor kontak biologis putar (Rotating Biological Contactor, RBC), dan kolam oksidasi.
Pemanfaatan mikroorganisme anaerobik juga dapat diaplikasikan pada limbah cair yang mengandung padatan organik tersuspensi tinggi. Misalnya, dengan menggunakan sistem septik dan UASB (Up-flow Anaerobic Sludge Blanket)
Adapun keuntungan pengolahan air limbah dengan sistem ini adalah:
- Rendahnya produksi lumpur (sludge)
- Rendahnya konsumsi energi
- Menghasilkan gas metana (gas bio) yang merupakan produk samping yang bermanfaat.
Tahapan pada pengolahan sekunder ini dapat mengurangi BOD dan TSS secara signifikan, akan tetapi efluennya (limbah buangan) masih mengandung amonium/nitrat dan fosfor dalam bentuk terlarut. yang merupakan unsur hara (nutrien) bagi tanaman akuatik.
Jika efluen ini dibuang langsung ke sungai, danau atau laut akan dapat menyebabkan pertumbuhan biota air dan pertumbuhan yang berlebih sehingga mengakibatkan eutrofikasi dan pendangkalan badan air tersebut. Oleh karenanya, unsur hara tersebut perlu dihilangkan dari efluen.
untuk mengurangi atau menghilangkan konsentrasi BOD, TSS dan nutrien (N,P) sehingga dihasilkan efluen yang berkualitas, maka dibutuhkan pengolahan air limbah tambahan atau pengolahan tersier (advanced wastewater treatment) yang akan dijelaskan di bawah ini.
3. Proses Tersier
Pengolahan air limbah yang terakhir adalah pengolahan tersier. Pengolahan ini adalah kelanjutan dari pengolahan primer dan sekunder. Oleh karenanya, tahapan pada pengolahan ini baru akan dipergunakan apabila pada pengolahan pertama dan kedua masih banyak ditemukan zat tertentu yang berbahaya bagi ekosistem air, tanah, dan udara.
Adapun proses pengolahan tersier pada air limbah yang dapat diterapkan antara lain adalah proses filtrasi pasir, eliminasi nitrogen, dan eliminasi fosfor sehingga mikroorganisme pathogen pada limbah cair akan terbunuh.
Sejumlah bangunan gedung di perkotaan belum sepenuhnya dapat mengelola limbahnya secara benar, padahal beberapa limbah yang dihasilkan termasuk kedalam kategori limbah berbahaya dan beracun (Limbah B3).
Upaya pengelolaan limbah memerlukan sejumlah perangkat lunaknya yang berupa peraturan-peraturan, pedoman- pedoman dan kebijakan-kebijakan yang mengatur pengelolaan dan peningkatan kesehatan di lingkungan masyarakat perkotaan, termasuk tersedianya fasilitas instalasi pengolahan air limbah (IPAL).
0 Response to "Yuk Ketahui Gambaran Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Berikut!"
Posting Komentar