Pekerjaan Pembesian: Proses, Teknik, dan Standar Konstruksi yang Wajib Diketahui

Pekerjaan pembesian merupakan salah satu bagian penting dalam konstruksi bangunan, khususnya dalam pekerjaan struktur beton bertulang. Besi tulangan berfungsi sebagai elemen utama yang meningkatkan kekuatan tarik pada beton, sehingga mampu menopang beban dan menjaga kestabilan struktur. 

Tanpa pembesian yang tepat, beton dapat mengalami keretakan atau bahkan kegagalan struktural yang berisiko tinggi terhadap keselamatan bangunan.

Oleh karena itu, pemahaman mengenai metode pelaksanaan pekerjaan pembesian sangat penting bagi para pekerja konstruksi. 

Artikel ini akan membahas secara rinci tahapan-tahapan dalam pekerjaan pembesian. Dengan pelaksanaan yang benar, struktur bangunan dapat memiliki daya tahan yang optimal dan memenuhi standar keselamatan yang telah ditetapkan.




Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pembesian

Pekerjaan pembesian dalam konstruksi memerlukan metode pelaksanaan yang sistematis agar hasilnya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. 

Proses ini mencakup beberapa tahap utama, yaitu:


1. Tahap Penyimpanan

Sebelum digunakan, besi tulangan harus disimpan dengan cara yang benar untuk mencegah kerusakan akibat faktor lingkungan seperti korosi, kotoran, dan kelembaban.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan besi tulangan:

  • Besi tulangan tidak boleh bersentuhan langsung dengan tanah; harus dialasi dengan balok beton.
  • Jarak antar besi minimal 5 cm dari logam lain untuk menghindari reaksi kimia yang dapat menyebabkan karat.
  • Besi harus terlindungi dari kotoran, minyak, dan benturan yang dapat merusak kualitasnya.


Cara pelaksanaan penyimpanan yang benar:

  • Setiap ikatan besi (bandel) harus terdiri dari satu jenis besi yang sama (bentuk dan diameter).
  • Berat maksimal setiap bandel harus disesuaikan dengan kapasitas crane agar mudah dipindahkan.
  • Jarak antar ikatan dalam satu bandel sekitar 2 meter untuk memudahkan penanganan.
  • Setiap bandel harus diberi label berisi informasi panjang, tipe, nomor referensi, dan kode besi.


2. Tahap Pemotongan dan Pembengkokan

Besi tulangan yang telah disimpan kemudian dipotong dan dibengkokkan sesuai dengan gambar perencanaan. 

Cara pemotongan besi tulangan:

  • Gunakan meja kerja yang kuat dan rata agar hasil pemotongan lebih presisi.
  • Siapkan gambar kerja sebagai acuan pemotongan.
  • Cek kembali diameter besi sebelum dipotong untuk memastikan ukurannya sesuai.


Cara pembengkokan besi tulangan:

  • Pastikan besi yang dibengkokkan sesuai dengan gambar perencanaan.
  • Gunakan mandrel (alat pembengkok) dengan ukuran yang tepat:
    • Inside radius >2d untuk besi kekuatan rendah.
    • Inside radius >3d untuk besi kekuatan tinggi.
  • Jika ada besi yang sulit dibengkokkan, pemanasan dapat dilakukan dengan persetujuan engineer.
  • Ikuti perubahan jadwal pembesian dan gunakan dokumen terbaru agar pekerjaan tetap sesuai dengan desain struktur.


3. Tahap Pemasangan

Setelah besi tulangan dipotong dan dibengkokkan sesuai dengan spesifikasi, tahap berikutnya adalah pemasangan pada elemen struktur seperti pelat lantai, balok, kolom, dan dinding.


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan besi tulangan:

  • Besi harus dalam kondisi bersih dari kotoran dan minyak sebelum dipasang.
  • Peletakan besi tulangan harus diatur agar terdapat ruang yang cukup untuk pemadatan beton.
  • Jika terdapat sambungan besi, harus dilakukan overlapping sesuai dengan perhitungan teknis.
  • Dalam beberapa kondisi, besi tulangan perlu dirakit di luar bekisting terlebih dahulu sebelum dipasang pada posisinya.
  • Proses pemasangan harus direncanakan secara efektif dan efisien untuk menghindari pemborosan waktu dan material.


Cara pemasangan besi tulangan pada berbagai elemen struktur:

a. Pelat dan Balok Lantai:

  • Besi tulangan harus diletakkan di atas dudukan beton kecil (tahu beton) agar tidak bersentuhan langsung dengan bekisting.
  • Ketinggian dudukan besi tulangan disesuaikan dengan ketebalan selimut beton yang direncanakan.

b. Kolom dan Dinding:

  • Besi tulangan kolom dirakit sesuai dengan cetakan yang telah dibuat.
  • Ikatan dilakukan pada titik-titik tertentu agar rangkaian besi tetap kokoh saat diangkat.
  • Setelah perakitan selesai, kolom siap dipasang dan harus diikat dengan bekisting menggunakan pengikat setiap 1,5 meter.
  • Pemasangan pembesian pada dinding dilakukan dengan metode yang sama seperti kolom, dengan pengikatan besi horizontal pada besi vertikal agar struktur lebih stabil.



Material dan Peralatan yang Digunakan dalam Pekerjaan Pembesian

Dalam pekerjaan pembesian, pemilihan material dan penggunaan peralatan yang tepat sangat berpengaruh terhadap kualitas struktur bangunan. 

Material besi tulangan harus memenuhi standar yang berlaku, sementara peralatan yang digunakan harus mendukung efisiensi dan ketepatan dalam proses pemotongan, pembengkokan, dan pemasangan besi tulangan.

A. Material yang Digunakan

Material utama dalam pekerjaan pembesian adalah besi tulangan yang berfungsi sebagai penguat dalam struktur beton. Berikut adalah beberapa material yang umum digunakan:

1. Besi Beton (Baja Tulangan)

Besi beton merupakan material utama dalam pekerjaan pembesian yang berfungsi untuk menahan gaya tarik pada beton bertulang. Besi beton harus memiliki kualitas tinggi dan memenuhi standar SNI (Standar Nasional Indonesia).

Kriteria besi beton yang baik:

  • Memiliki panjang standar 12 meter per batang (kecuali jika ada pemotongan khusus).
  • Harus memiliki sertifikat dari pabrikan dan lolos uji tarik untuk menjamin mutunya.

Besi beton terdiri dari dua jenis utama:

  • Besi beton polos – digunakan untuk konstruksi ringan dan sebagai tulangan geser.
  • Besi beton ulir – memiliki daya cengkeram lebih baik dengan beton sehingga cocok untuk konstruksi berat.

2. Bendrat

Bendrat atau kawat pengikat digunakan untuk mengikat besi tulangan agar tetap pada posisinya sebelum pengecoran beton dilakukan. 

3. Tahu Beton (Dudukan Besi Tulangan)

Tahu beton digunakan untuk menyangga besi tulangan agar tetap berada pada posisi yang benar sesuai dengan rencana selimut beton. Dengan adanya tahu beton, besi tidak langsung menyentuh bekisting sehingga beton dapat menyelimuti besi dengan sempurna.


Baca juga: Mengenal Fungsi Plastik Cor, Ukuran, Keunggulan Dan Cara Pemasangannya

4. Label atau Tanda Identifikasi Besi

Setiap bundel besi tulangan harus diberi label yang mencantumkan informasi panjang, tipe, nomor referensi, dan kode besi untuk memudahkan proses identifikasi dan pemasangan sesuai gambar kerja.

B. Peralatan yang Digunakan

Berbagai alat diperlukan untuk memotong, membengkokkan, dan memasang besi tulangan dengan presisi tinggi. Berikut adalah peralatan utama yang digunakan dalam pekerjaan pembesian:

1. Mesin Cutting (Pemotong Besi)

Mesin cutting digunakan untuk memotong besi tulangan sesuai ukuran yang dibutuhkan dalam gambar kerja. 

2. Gunting Cutting

Gunting cutting atau gunting besi manual digunakan untuk memotong besi dengan ukuran lebih kecil atau untuk pemotongan di lokasi kerja.

3. Mesin Pembengkok (Bar Bender)

Mesin ini digunakan untuk membengkokkan besi tulangan sesuai dengan bentuk yang dibutuhkan, seperti kait atau cincin tulangan. 

4. Alat Pengikat Bendrat (Tang Bendrat)

Tang bendrat digunakan untuk mengikat besi tulangan dengan bendrat sehingga susunan besi tetap kokoh dan tidak bergeser saat proses pengecoran berlangsung.

5. Crane atau Alat Angkat

Crane digunakan untuk mengangkat dan memindahkan besi tulangan dalam jumlah besar, terutama pada proyek konstruksi berskala besar.

6. Meja Kerja Pembesian

Meja kerja yang kuat dan rata diperlukan sebagai tempat untuk memotong dan membengkokkan besi agar hasilnya lebih akurat.



Faktor Penting dalam Pekerjaan Pembesian


Beberapa faktor penting yang harus diperhatikan saat melakukan pekerjaan pembesian adalah:


1. Diameter Besi Tulangan


Setiap elemen struktur memiliki spesifikasi besi tulangan yang berbeda. Sebagai contoh:

  • Tulangan utama pada balok dan kolom biasanya menggunakan besi berdiameter lebih besar, seperti 12 mm atau 16 mm.
  • Tulangan geser atau cincin (sengkang) biasanya berdiameter lebih kecil, seperti 8 mm atau 10 mm.

2. Jarak Antar Besi Tulangan


Beberapa aturan umum mengenai jarak besi tulangan adalah:

  • Jarak antar tulangan pada balok dan kolom tidak boleh terlalu rapat atau terlalu renggang agar beton dapat mengisi seluruh ruang dengan sempurna.
  • Pada pelat lantai, tulangan harus diposisikan sedemikian rupa sehingga terdapat ruang cukup untuk pemadatan beton.

3. Jumlah dan Posisi Besi Tulangan

Jumlah besi tulangan harus sesuai dengan perhitungan struktur. Kekurangan jumlah besi dapat menyebabkan kekuatan struktur berkurang, sementara kelebihan jumlah besi dapat menghambat pengecoran beton dan menyebabkan ketidakseimbangan dalam distribusi beban.

Posisi besi tulangan juga harus diperhatikan dengan baik. Misalnya:

  • Tulangan atas dan bawah dalam balok harus dipasang dengan ketinggian yang tepat sesuai dengan rencana.
  • Pada kolom, tulangan utama harus terpasang lurus dan tidak boleh bergeser dari posisi yang ditentukan.

4. Sambungan dan Overlapping Besi Tulangan

Dalam beberapa kondisi, besi tulangan perlu disambung karena keterbatasan panjangnya. Sambungan harus dilakukan dengan teknik overlapping atau las sesuai standar.

  • Panjang overlapping minimal 40 kali diameter besi tulangan (40d).
    Contoh: Jika besi berdiameter 12 mm digunakan, maka panjang sambungan minimal adalah 40 × 12 mm = 480 mm.
  • Penyambungan besi tulangan sebaiknya tidak dilakukan pada area dengan tegangan maksimum, seperti di tengah bentang balok atau di sambungan kolom.

Dengan memperhatikan faktor-faktor di atas, pekerjaan pembesian dapat berjalan dengan lebih efisien dan hasilnya akan lebih kokoh serta sesuai standar keselamatan konstruksi.

0 Response to "Pekerjaan Pembesian: Proses, Teknik, dan Standar Konstruksi yang Wajib Diketahui"

Posting Komentar